“Membangun Kesadaran Siswa, Proyek ‘Sampahku, Tanggung Jawabku’ Jadi Langkah Nyata Peduli Lingkungan”

By | 01/03/2025

Malang – “Di luar ekspektasi”, kata Feirani. “Seru banget Bu, nggak menyangka kami bisa”, sahut Cetta. “Walau capek, tapi senang”, celetuk Kamila. Itulah beberapa komentar positif ananda kelas 8 setelah melewati dua pekan kegiatan P5 Gaya Hidup Berkelanjutan. Tema yang diangkat kali ini, Sampahku Tanggung Jawabku, dengan slogan pilah pilih sampah menjadi berkah. Perencanaan dilakukan oleh tim projek, dengan koordinator Projek kelas 8 Siti Anisah, S.Pd., M.Pd, ketua projek Laili Mas’udah, S.Pd.I dari mapel Agama Islam, dengan anggota tim Imroatul Azizah, S.Pd. dari Bahasa Indonesia, Tri Susetyo Rahayu, S.Pd dari Bahasa Inggris, Diah Khoirun Afifah, S.Pd dari IPA, M. Rizky Ridho Pamungkas, S.Pd dari mapel Bahasa Jawa dengan hasil akhir yang dikemas dalam sebuah modul dilanjutkan sosialisasi dengan seluruh pengajar kelas 8 sekaligus bertindak sebagai fasilitator selama proyek berlangsung pada bulan 26-30 Agustus dan 17-20 September 2024.
Awalnya, para siswa menunjukkan beberapa problematika. Pertama, ketidakpahaman tentang pengetahuan pentingnya menjaga lingkungan sebagai tempat yang layak huni bahwa manusia. Sebab manusia lah yang membutuhkan alam, bukannya alam yang membutuhkan manusia. Kedua, minimnya keterampilan pengelolaan sampah untuk menjadi bahan yang lebih berdaya guna. Ketiga, dengan adanya kenaikan kelas  dengan sistema siswa acak, maka teman-teman sekelas mereka pun berubah. Walaupun sudah beberapa bulan bersama, nampak masih adanya kesenjangan dalam pergaulan, kurangnya kepedulian dan kekompakkan antar teman sekelas.

Terlihat kesenjangan antara ekspektasi dengan realitas. Harapan kita sebagai seorang guru di antaranya melihat generasi penerus memiliki kesadaran dalam menjaga dan melestarikan bumi. Aksi sederhana yang dimaksud, misalnya sudah mengurangi plastik saat berbelanja, lebih senang menggunakan tumbler saat bepergian, dan membuang sampah di tempatnya sesuai pemilahannya. Namun, hal ini tidaklah mudah. Dengan jumlah siswa kelas 8 sebanyak 272 anak dengan latar belakang yang berbeda itu juga merupakan tantangan tersendiri.

Aksi terbagi dalam dua sesi, yaitu di pekan pertama orientasi sampah organik. Di mana mereka mengamati dengan memperhatikan informasi, menguak fakta terkini bagaimana sampah menjadi masalah penting bagi manusia, karena manusialah yang memprodusen sampah, manusia juga lah yang bertanggung jawab. Narasumber dari penggiat lingkungan juga dihadirkan, yaitu Ahmad Mughis Fathoni, A.Md. Farmasi dari Kaliku dan Yenny Purwanty, salah satu peraih penghargaan lingkungan Kampung Bersinar. Di mana kedua pemateri tersebut hadir untuk membuka mata, pendengaran dan hati siswa dengan cara menyenangkan, yaitu permainan ular tangga, diskusi interaktif, dan pendampingan praktik pembuatan kompos bersama Aska Purdianto, S.Pd dari daun serta sampah organik lainnya, hingga proses labelling yang dilakukan bersama. Saat aksi berlangsung, mereka luar biasa dahsyat dalam setiap tahapan. Agenda yang telah disusun dalam modul yang dilengkapi lembar kerja bervariatif sebagai bahan berdiskusi dan mengonstruk pengetahuan, mereka lalui dengan baik. Pekan pertama ini, masing-masing kelas terbagi menjadi 4 kelompok agar mampu menghasilkan dan diskusi lebih optimal.
      
Kegiatan ini dilanjutkan pada bulan selanjutnya, yaitu pekan proyek kedua dengan mengolah dan menjadikan sampah anorganik menjadi bahan lebih bermakna. Selama sepekan, para siswa sekelas menjadi satu kelompok besar membuat sebuah rancangan dengan pembagian tugas masing-masing. Ada yang mendapat tugas membuat baju dan aksesoris dari sampah anorganik di sekitar, menjadi duta atau model menyampaikan hasil karya, tim musik, tim koreografi, tim moderator, tim dokumentasi, tim perlengkapan serta tim lomba. Pada tahap terakhir ini mereka diuji rasa kepedulian, berbagi, pengertian hingga bersama dalam satu tujuan.

Bahagia melihat mereka tumbuh, berproses dan belajar melalui hal-hal yang menyenangkan karena dikemas dan dilakukan oleh keinginan sendiri. Di mana pendidik menjadi fasilitator, motivator, dan inspirator agar anak-anak menjadi pribadi yang lebih baik dari kita. Di hari terakhir, penampilan kelas terbagi menjadi utusan atau perwakilan kelas-kelas yang tampil fashion dari pakaian putra, pakaian putri, aksesooris, moderator, kameraman,  Untuk itulah, di akhir projek penampilan dibuat sebuah unjuk karya di tengah lapangan dengan disaksikan adek tingkat kelas 7, kakak tingkat kelas 9, para guru dan karyawan sekolah. Diakhiri pemberian penghargaan bagi tiap-tiap tim akan proses yag ditempuh.

Poin utama dari aksi lingkungan ini ialah menumbuhkan kesadaran bagi diri remaja saat ini, agar turut andil menjadi bagian manusia yang memberikan vibes positif di sekitar. “Alhamdulillah, ternyata ketika suatu aksi nyata dibarengi dengan pendampingan yang komunikatif maka akan benar-benar memberikan dampak yang benar-benar di luar ekspektasi”, ungkap Laili Mas’udah, S.Pd.I selaku ketua projek. Hal ini terwujud di antaranya ialah telah hadirnya rasa kebersamaan antar teman satu kelas dan lebih memilih membawa tas tidak sekali pakai untuk bekal di sekolah. “Memang mengawali hal baik itu tidaklah mudah, namun ketika kita memulainya dari hal sederhana dan dimulai dari diri sendiri akan lebih mudah dan lebih baik,” pesan Kepala SMPN 11 Malang Drs. Ahmad Jamil, M.M.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *